Kontroversial Film “Innocence of Muslims”

Menyikapi Tentang Film Nabi

           

            Beberapa belakangan ini umat Islam di dunia sedang mengalami cobaan dan musibah berupa pelecehan dan penghinaan Nabi Muhammad saw. dalam bentuk film dan karikatur. 

            Film The Innocence of Muslim yang dibuat oleh Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula, warga negara AS asal Mesir beragama Kristen-Koptik, dinilai sebagai film tentag Nabi Muhammad saw. yang menghinakan dan melecehkan. Akibatnya, film itu menuai kritik, protes, dan bahkan menelan korban jiwa dari orang-orang yang tak bersalah.

Berikut data yang saya ketahui tentang Film The Innocence of Muslim :

FILM INNOCENCE OF MUSLIMS

Judul film: Innocence of Muslim
Sutradara: Sam Bacile (nama samaran)
Konsultan film: Steve Klein, aktifis Kristen militan.
Kebangsaan: Israel (menurut pengakuannya pada AP dan Wall Street Journal)
Biaya: $5 juta dolar.
Donatur: Lebih dari 100 orang Yahudi.
Durasi : 2 jam
Pembuatan: Musim panas 2011
Jumlah pemain: 59 aktor
Jumlah kru: 45
Rencana ke depan: Ingin membuat film serupa sepanjang total 200 jam serial dengan kisah serupa yaitu penghinaan pada Islam.
Yang terlibat dalam pembuatan film: (a) sejumlah warga Amerika yang pernah tinggal di Timur Tengah; (b) Warga Mesir beragama Kristen Coptic
Ditayangkan di Youtube: 12 Juli 2012 14 menit trailernya ditayangkan di Youtube
Diputar di Gereja: 11 September 2012 diputar di Gereja oleh Terry Jones pendeta Amerika yang pernah mengkampanyekan pembakaran Quran.

 

Sinopsis

Sinopsis cerita film adalah memfitnah Nabi Muhammad dalam gambaran yang sangat keji yaitu dengan menuduh Rasulullah sebagai pendukung fedofilia dan homoseks dan menggambarkan beliau sedang berhubungan intim.

Film Innocence of Muslims ini menarik perhatian dunia Arab setelah ditulis oleh blogger Kristen Koptik asal Mesir bernama Morris Sadek yang kewarganegaraan Mesir-nya telah dicabut karena menyerukan agar Mesir diserang. 

Morris Sadek yang saat ini tinggal di California AS mendirikan grup anti Islam bernama National American Coptic Assembly.

MISTERI SAM BACILE SUTRADARA FILM INNOCENCE OF MUSLIMS

Menurut hasil investigasi AP (Associated Press) Sam Bacile adalah nama samaran. Nama sebenarnya kemungkinan adalah Nakoula Basseley Nakoula seorang pengikut Kristen Koptik yang tinggal di California, AS.

Namun Nakoula menolak kalau dialah sang sutradara walaupun dia mengakui mengenal Sam Bacile. 

Menurut AP, ponsel yang menelpon AP pertama kali pada hari Selasa yang mengaku dari Sam Bacile sama dengan alamat di Los Angeles tempat di mana Nakoula berada. 

Nakoula mengatakan pada AP bahwa ia seorang pengikut Kristen Koptik.
Nama alias lain dari Nakoula adalah Nicola Bacily dan Erwin Salameh.

REAKSI MUSLIM ATAS INNOCENCE OF MUSLIMS

– Di Benghazi, Libya terjadi protes di Konsulat Amerika yang berakibat tewasnya Dutabesar Amerika untuk Libya bersama tiga staff Amerika yang lain.

– Di Kairo, Mesir protes massal di Kedutaan AS di Kairo dengan penurunan bendera Amerika. Tidak ada yang tewas.

– Di Afghanistan, pemeirntah Afghan memblokir situs jejaring Youtube yang menyiarkan video tersebut.

– Di Indonesia, Kemenkominfo akan memblokir video tersebut di Youtube. Namun sampai tulisan ini dibuat film tersebut masih bisa diakses.

Para Pemain Merasa Tertipu 
Cindy juga merasa takut saat menyaksikan hasil produksi film tersebut yang kemudian memicu kontroversi.

Cerita tentang nabi Muhammad yang kemudian memicu protes keras di Libya dan Mesir memang menyita perhatian dunia. Anehnya, para pemain di film tersebut tidak tahu menahu jika mereka memerankan film yang menunjukkan propaganda anti-Islam tersebut dengan menggambarkan nabi Muhammad sebagai seorang yang kejam. 

Mereka merasa ditipu oleh sutradara yang membesut film tersebut. Para pemain hanya mengetahui, jika mereka terlibat dalam pembuatan film tentang kehidupan masyarakat di Mesir 2000 tahun lalu.

Cindy Lee Garcia, seorang aktris dari Bakersfield, California yang ikut terlibat dalam film tersebut mengaku tidak tahu menahu akhirnya tema film tersebut berubah. Dalam film itu, Cindy berperan sebagai ibu dari seorang perempuan yang memberikan anak perempuannya dinikahi sosok yang disebutkan sebagai Nabi Muhammad dalam film. 

Seperti yang dikutip situs gawker.com Cindy mengungkapkan dirinya merasa heran dengan hasil dari film tersebut yang menurutnya tidak sesuai dengan tema asalnya, seperti yang dijelaskan saat dirinya mengikuti casting, musim panas lalu. Menurutnya, dalam naskah tertulis judul film adalah Desert Warriors.

“Di awal saya membaca naskah dan dijelaskan jika film ini menceritakan kejadian 2000 tahun lalu di Mesir,” ujar Cindy. 

“Yang jelas, isi film tidak menyinggung masalah agama, ini murni merupakan cerita tentang kehidupan masyarakat di Mesir dan tidak disebutkan adanya Muhammad, muslim dan apapun itu yang berkaitan dengan agama,” tegasnya.

Ia juga menceritakan, dalam proses syuting dirinya tidak menemukan keanehan karena semua sesuai dengan skenario dan naskah yang sudah dipelajari para pemain. Namun ia merasa heran ketika judul tersebut menjadi Innocence Muslims. 

Menurutnya tidak ada sama sekali kata-kata Muhammad. Tokoh yang disebut adalah Master George. Ia yakin, jika kata Muhammad ditambahkan saat pasca produksi.

Ia juga memberikan bukti, di menit ke 9:03, Cindy dalam kisah tersebut bertengkar dengan suaminya yang ingin memberikan anaknya ke seseorang.

“Apakah Muhammad seorang penyiksa?” ujar tokoh yang diperankan Cindy di hasil pasca produksi.

Namun Cindy berkilah, percakapan yang terjadi saat syuting adalah, “Apakah tuanmu adalah penyiksa,” terang Cindy.

Cindy juga merasa takut saat menyaksikan hasil produksi film tersebut yang kemudian memicu kontroversi dan sampai menimbulkan tragedi berdarah di Libya yang menewaskan empat orang dari kedutaan besar Amerika Serikat. 

“Saya tidak ada hubungannya dengan hal ini semua. Saya merasa takut karena film ini membuat orang lain tewas,” terangnya. 

Syuting film tersebut, menurut Cindy dilakukan Juli lalu selama tiga hari. Banyak hal aneh yang dirasakan Cindy, seperti sutradara dan penulis naskah yang misterius. Sam Bacile diklaim sebagai pengusaha real estat asal Israel namun menurut pengakuan Cindy, Bacile memiliki rambut putih dan berbicara bahasa Arab dan berdarah Mesir. 

Bacile, menurut Cindy juga menyebut sosok kontroversi tersebut sebagai Master George. Cindy juga merasa marah karena merasa ditipu sutradara. Bahkan ia sempat menghubungi Bacile dan mengungkapkan kekecewaannya.

“Aku menghubungi Sam, aku bilang kenapa Anda melakukan ini. Ia menjawab jika dirinya sangat lelah dengan perilaku orang-orang Islam radikal yang saling bunuh. Biarkan para aktor mengetahui, jika ini bukan salah mereka,” ujar Cindy menirukan ucapan Sam. 

“Tapi aku tidak puas dan berencana menuntutnya,” imbuh Cindy.

Melalui CNN, 80 kru dan pemain telah merilis sebuah pernyataan yang menyatakan mereka merasa ditipu. Mereka marah dan merasa dimanfaatkan oleh produser karena saat memulai produksi tidak ada penjelasan tentang menyebutkan agama tersebut. 

Seluruh pemain dan kru sangat marah dan merasa dimanfaatkan oleh produser. Kami adalah 100% tidak di belakang film ini dan terlalu menyesatkan tentang niat dan tujuannya. Kami sangat terkejut oleh drastis menulis ulang dari script dan kebohongan yang diberitahu kepada semua yang terlibat. Kami sangat sedih dengan tragedi yang telah terjadi.

Sumber : http://sekedar-tahu-aja.blogspot.com/2012/09/film-yang-menuai-kontroversi-innocence.html#ixzz29Z0JOWoG

 

Sikap yang seharusnya dilakukan oleh umat islam dalam menyikapi film ini adalah :

            Sikap Umat Islam apa yang dipertontonkan oleh umat Islam belakangan ini dengan kemarahan berupa pembakaran, penyerangan simbol-simbol Barat dan Amerika, seperti kedutaan, hingga menimbulkan korban jiwa patutlah disayangkan. Lagi-lagi hanya citra Islam yang buas yang muncul dari kasus ini. Demontrasi damai tentu boleh, tetapi kalau sudah pembakaran dan penyerangan tentu hal ini dilarang di dalam Islam.

            Menanggapi kasus-kasus seperti ini harus ditanggapi dengan kepala dingin dan harus mencontoh teladan Rasulullah saw. Nabi Muhammad saat dihina dan dilecehkan ketika akan berdakwah dimanapun beliau berdakwah, nabi tidak marah.

Contohnya, Nabi Muhammad saat dihina dan dilecehkan ketika akan berdakwah ke Taif, Nabi tidak marah. Tidak lantas menyerang penduduk Taif, apalagi membunuh mereka. Sebaliknya, Nabi Muhammad mendoakan mereka “Allahummahdi fa’innahum la ya’lamun, ya Allah berilah mereka hidayah, petunjuk, sesungguhnya mereka tidak tahu.

            Setiap hari Rasulullah mendapat hinaan, ejekan, ancaman, dan bahkan siksaan. Misalnya, setiap saat Rasulullah berjalan di hadapan Walid Ibn al-Mughirah, Umayyah Ibn Khalaf, dan Abu Jahal Ibn Hisyam, mereka mengejek-ejek Rasulullah, Saat Rasulullah diejek dan dihina, ia hanya bersabar dan tetap rasional (sabiran wa muhtasiban) dan menasehati para sahabatnya untuk bersabar dari pendustaan, penyiksaan, dan penghinaan.

            Dalam menghadapi ujian seperti pelecehan kartun dan film Rasulullah, kita umat Islam harus sabar. Tidak boleh anarkis, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah : sabar dan tetap rasional. Oleh karena itu, janganlah kita ikut masuk ke dalam permainanan dan genderang mereka. Janganlah terlalu peduli dengan hal-hal kecil yang amat remeh-temeh ini. Kalau perhatian kita terlalu besar terhadap hal-hal seperti itu, hanyalah menguntungkan si kartunis, koran, pembuat film, dan produser. Mereka semua menjadi terkenal dan kaya, sementara kita tak mendapat apa-apa. Mereka yang berkepentingan dengan imbas politik dari hal ini bertepuk tangan dan bersorak-sorai gembira karena berhasil memprovokasi umat Islam. 

Marilah kita lihat kartun dan film itu sebagai sesuatu yang tak berharga dan tak bernilai.

Pentingnya Teknologi Ilmu Komputer

TIK Dalam Pendidikan

 

Pendahuluan

Latar Belakang

                Teknologi maju seiring dengan berkembangnya segala aspek di berbagai bidang. Semua itu di dukung oleh Sumber Daya Manusia(SDM) yang tetlah memaksimalisasikan segala kemampuanya dalam mengembangkan teknologi dan memanfaatkanya dengan bijak dan terorganisir bahkan setiap individu mampu mengenali dan mengoperasikanya. Kota Jakarta yang melalui Dinas Pendidikan telah memanfaatkan dan mengaplikasikan banyak potensi teknologi dalam banyak hal, khususnya menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK) dalam pendidikan dengan harapan agar mampu mengembangkan teknologi dengan memberikan pengetahuan tentang teknologi yang ada sekarang sebagai dasar bagi pemikiran generasi selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan teknologi ke tingkat yang lebih tinggi yang di angankan sebagai suatu hal yang dapat mempermudah kehidupan manusia dengan presentase kesalahan yang sangat rendah bahkan kalau bisa meniadakan presentase kesalahan tersebut.

                Namun, kenyataanya hanya segelintir orang yang dapat memanfaatkan TIK secara keseluruhan dan benar – benar maksimal. Bahkan banyak orang yang tak dapat mengoperasikan teknologi. Banyak orang yang menganggap bahwa yang berhubungan dengan TIK yang telah ada dan di kembangkan sekarang ini adalah suatu hal yang asing. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa seluruh hal yang berhubungan dengan TIK adalah hal – hal yang mahal dan secara financial tak terjangkau oleh sebagian besar orang yang mayoritas termasuk golongan menengah kebawah. Dalam bidang pendidikan pun TIK bukanlah suatu hal yang wajib diajarkan. Banyak seolah yang beralasan bahwa pengetahuan tentang TIK bukan hal yang perlu di perdalam karena tidak diujikan saat Ujian Akhir Nasional (UAN). Jadi sejumlah sekolah hanya menekankan siswa didiknya untuk dapat mengoperasikan perangkat TIK dan memahami seluk beluknya secara kasar di banding memahami sejarah, alasan mengapa TIK di buat dan terus di kembangkan, dan beberapa teori lain tentang TIK. Ada beberapa sekolah yang ingin mengajarkan TIK secara menyeluruh mencakup teori dari TIK itu sendiri dan juga penerapan pengoperasian dari segala perangkat yang berhubungan dengan TIK. Namun, Sekolah memiliki keterbatasan dalam masalah tenaga pengajarnya, ada yang belum memiliki spesialisasi di bidangnya atau masih belum kompeten dan belum memahami TIK tingkat lanjut yang sehingga membuat materi yang di ajarkan terbatas sekali.

                Jika di lihat dari berbagai sudut pandang, sekolah tidak menganggap pengajaran materi TIK sebagai suatu hal penting. Sebagian sekolah hanya berkata-kata bahwa mereka telah berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen mereka yaitu para siswa siswi mereka.tetapi nyatanya mereka hanya melakukan suatu pengajaran yang sebenarnya kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan yang seharusnya mereka berikan. Sekolah harusnya memberikan segala yang terbaik, memberikan lebih mendalam dari materi yang harusnya mereka berikan yang sebelumnya telah tercantum dalam dasar kompetensi pengajaran. Dan jika melihat dari cara sekolah memberikan materi kepada anak didiknya, sekolah hanya memberikan segala materi dengan cara yang terlalu monoton dimana tidak dapat menarik minat dari para peserta didiknya sehingga kemauan dan rasa ingin tahu dari peserta didiknya akan TIK tidak berkembang. Jika di tarik suatu kesimpulan mengapa murid tidak mau menjadi aktif dalam  belajar TIK sehingga dapat mewujudkan suatu mimpi pengembangan teknologi itu sendiri, mungkin itu di sebabkan oleh tenaga pengajar yang tidak kompeten dengan segala keterbatasan wawasannya akan materi TIK yang akan mereka ajarkan pada muridnya atau karena kurang kreatif dan inisiatifnya pengajar tersebut untuk menemukan suatu cara yang bisa menimbulkan minat bagi para murid yang selanjutnya akan menjadi bakal calon pengembang teknologi di masa depan yang dengan itu berarti mereka dapat memperbaiki segala kekurangan di masa sekarang dan akhirnya dapat meningkatkan teknologi kehidupan dunia. Ataukah semua hal itu berkaitan dengan pengaruh lingkungan bagi para anak didik yang kemudian tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan pelajaran, dimana suatu karakter yang terbentuk itu tidak dapat dengan mudahnya di ubah oleh tenaga pengajar dari sekolah agar muridnya mau memahami dan mengerti segala materi tentang TIK yang di ajarkan.

Tujuan

                Digunakanya kreatifitas, pengetahuan, serta segala pengalaman terhadap banyak hal di suatu lingkungan hidup yang teknologinya telah berkembang dengan taraf hidup dan cara berfikir yang pastinya turut berlari menyelaraskan peranya dalam dunia yang baru. Suatu tempat baru yang menjadi impian atas pemenuhan segala untuk bertahan hidup yang awalnya berasal dari penyelarasan suatu metode pendidikan yang terus mengembangkan teknologinya yang akhirnya berbuah suatu kesuksesan bagi kehidupan seluruh masyarakat. Merupakan suatu kebanggaan dimana generasi muda dapat berperan dan dapat mempergunakan daya gunanya untuk memperbaiki dan menemukan suatu pemecahan atas masalah yang dihadapi oleh generasi sebelumnya dengan pemikiran mereka yang fokus terhadap sains dengan kata lain mereka juga mempunya kefokusan dalam pembangunan dan peningkatan guna teknologi yang akhirnya menjadi salah satu penyokong besar atas berdirinya suatu kota atau fasilitas dalam suatu daerah yang dapat menanggulangi segala kekurangan yang sebelumnya banyak terdapat pada kota yang di kelola oleh generasi terdahulu yang memang benar-benar terbelakan dalam bidan teknologi. Semua pemikiran yang berasal dari suatu jurang pemisah antara si kaya dan si miskin karena segala hal yang berbau teknologi adalah hal milik bagi si kaya yang memang jumlahnya minoritas yang tidak akan bisa merubah banyak hal hanya dengan jumlahnya.

Pembahasan

        Pergeseran paradigma dalam pranata pendidikan yang semula terpusat menjadi desentralistis membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat sekolah. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalamnya berinovasi dalam pengembangan kurikulum dan model pembelajaran.
Otonomi yang luas itu, hendaknya diimbangi dengan perubahan yang berorientasi kepada kinerja dan partisipasi secara menyeluruh dari komponen pendidikan yang terkait. Kondisi ini gayut dengan perubahan kurikulum yang sedang diluncurkan dewasa ini oleh pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Konsekuensi yang harus ditanggung oleh sekolah adalah restrukturisasi dalam pengelolaan sekolah (capacity building), profesionalisme guru, penyiapan infrastruktur, kesiapan siswa dalam proses belajar dan iklim akademik sekolah.
Kebijakan penerapan KTSP dan pemberian otonomi pendidikan juga diharapkan melahirkan organisasi sekolah yang sehat serta terciptanya daya saing sekolah. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran berbasis teknologi informasi yang sangat pesat, hendaknya sekolah menyikapinya dengan seksama agar apa yang dicita-citakan dalam perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud. Kecenderungan yang telah dikembangkan dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran adalah program e-learning. Beragam istilah dan batasan telah dikemukakan oleh para ahli teknologi informasi dan pakar pendidikan. Secara sederhana e-learning dapat difahami sebagai suatu proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa). Permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini adalah pada tingkat kesiapan peserta belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas pembelajaran, sistem penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis TIK. Lalu, apakah mungkin program e-learning dapat dilaksanakan di sekolah? Ini yang menjadi esensi dari kebermaknaan e-learning di sekolah.

        Selain impian akan terwujudnya akan cara belajar yang lebih modern dengan bantuan TIK yang berupa cara belajar dengan e-learning, suatu keinginan untuk dapat menyesuaikan standarisasi yang harus kita adakan untuk memperoleh suatu pengakuan bahwa cara belajar Negara kita khususnya kota kita Jakarta sudahlah memenuhi standarisasi dari badan international yang memiliki titik batas untuk menentukan tingkat di butuhkanya suatu kurikulum pendidikan berbasis teknologi dalam pengerjaanya.

Secara sederhana Elston (2007) membedakan antara Teknologi Informasi (IT) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), yaitu “IT as the technology used to managed information and ICT as the technology used to manage information and aid communication”. Sementara itu, UNESCO (2003) mendefinisikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai berikut: “ICT generally relates to those technologies that are used for accessing, gathering, manipulating and presenting or communicating  information. The technologies could include hardware e.g. computers and others devices, software applications, and connectivity e.g. access to the internet, local networking infrastructure, and  video conferencing”.

Dalam praktek di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, TIK meliputi komputer, laptop, network komputer, printer, scanner, video/DVD player,  kamera digital, tape/CD, interactive whiteboards/smartboard. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa peran TIK adalah sebagai enabler atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran. Jadi TIK merupakan sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

Morsund dalam UNESCO (2003) mengemukakan cakupan TIK secara rinci yang meliputi sebagai berikut:

  • piranti keras dan piranti lunak komputer serta fasilitas telekomunikasi
  • mesin hitung dari kalkulator sampai super komputer
  • perangkat proyektor / LCD
  • LAN (local area network) dan WAN (wide area networks)
  • Kamera digital, games komputer, CD, DVD, telepon selular, satelit telekomunikasi dan serat optik
  • mesin komputer dan robot

Sejatinya TIK memiliki potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan khususnya di bidang pendidikan. Rencana cetak biru TIK Depdiknas, paling tidak menyebutkan tujuh fungsi TIK dalam pendidikan , yaitu sebagai sumber belajar, alat bantu belajar, fasilitas pembelajaran, standard kompetensi, sistem administrasi, pendukung keputusan, dan sebagai infrastruktur.

UNESCO telah mengidentifikasi  4 (empat) tahap dalam sistem pendidikan yang mengadopsi TIK, yaitu :

1) Tahap emerging; yaitu perguruan tinggi/sekolah berada pada tahap awal. Pendidik dan tenaga kependidikan mulai menyadari, memilih/membeli, atau menerima donasi untuk pengadaan sarana dan prasarana (supporting work performance)

2) Tahap applying; yaitu perguruan tinggi/sekolah memiliki pemahaman baru akan kontribusi TIK. Pendidik dan tenaga kependidikanu menggunakan TIK dalam manajemen sekolah dan kurikulum (enhancing traditional teaching)

3) Tahap infusing; yaitu melibatkan kurikulum dengan mengintegrasikan TIK. Perguruan tinggi/sekolah mengembangkan teknologi berbasis komputer dalam lab, kelas, dan administrasi. Pendidik dan tenaga kependidikan mengekplorasi melalui pemahaman baru, dimana TIK mengubah produktivitas professional (facilitating learning).

4) Tahap Transforming; yaitu perguruan tinggi/sekolah telah memanfatkan TIK dalam seluruh organisasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menciptakan lingkungan belajar yang integratif dan kreatif (creating innovative learning environment) melalui TIK.

Dewasa ini pemanfaatan TIK dalam pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mode yang dikenal dengan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (PTJJ). Bates (2005) membedakan pendidikan terbuka, pendidikan jarak jauh dan pendidikan fleksibel sebagai berikut: “Open learning is a primarily a goal. An essential characteristics of open learning is the removal of barriers to learning. In distance learning students can study in their own time, at any place and without face-to-face contact with a teacher. Flexible learning is the provision of learning in a flexible manner”.

PTJJ merupakan alternatif model dalam  proses pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk belajar “kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja”.

Namun faktanya pendidikan nasional memiliki banyak tantangan baik dari sisi input, proses maupun output. Beberapa tantangan pendidikan nasional tersebut adalah sebagai berikut:

  • Banyak anak usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan dasar 9 tahun. Anak usia 7 – 12 tahun masih dibawah 80% yang telah menikmati pendidikan (APK SMP 85,22, dan APK SMA 52,2).

 

  • Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah sebagai contoh: tidak semua sekolah memiliki telepon, apalagi koneksi internet.

 

  • Tidak seragamnya dan rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang sekolah yang ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kelulusan Ujian Nasional dan nilai Ujian Nasional.
  • Rendahnya jumlah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta ( PTN – 82 dan PTS – 2.236 (Dikti,2003))

 

  • Rendahnya daya tampung dan tingkat partisipasi kuliah (Daya tampung sekitar 3,2 juta mahasiswa dengan tingkat partisipasi  12.8%. Padahal, Filipina mencapai 32% dan Thailand telah mencapai 30%.

 

  • BAN sebagai penentu kualitas pendidikan menginformasikan bahwa hampir 50% pendidikan tinggi berakreditasi C (46,35% program diploma dan 47.97% PTN dan PTS).

 

  • Rendahnya Tenaga Pengajar Non Formal (PLS). Kebutuhan guru PLS mencapai angka 519.790 orang. Sementara  yang ada hanya sebesar 113.622 orang  atau 22%. Sehingga diperlukan 406.168 guru atau 78%.  (PMPTK 2006).

 

  • Rendahnya tenaga pendidik yang belum memenuhi syarat sertifikasi (dari  2.692.217 orang guru yang ada, 727.381 orang (27%)  memenuhi syarat sertifikasi, sisanya 1.964.836 (73%) belum memenuhi syarat sertifikasi.

 

  • Berdasarkan survey HDI th 2005, Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara (jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh).

 

  • Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah/kampus (Digital Divide), yang ditunjukkan dengan kondisi dimana tidak semua sekolah mempunyai sarana TIK.  Sekalipun ada, jumlahnya terbatas dan pemanfaatannya masih belum optimal.

 

Pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan mutlak dilakukan untuk menjawab permasalahan di bidang pendidikan terutama akses dan pemerataan serta mutu pendidikan. Kebijakan dan standarisasi mutu pendidikan menjadi pondasi yang harus dibangun untuk mendukung pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efisien. Implementasi pendidikan berbasis TIK dapat dilakukan melalui model hybrid (dual system) yang mengkombinasikan pembelajaran klasikal (face 2 face) dengan belajar terbuka dan jarak jauh (on line). Sedangkan pembelajaran berbasis TIK dapat dilaksanakan secara lansung (syncronous learning) dan tidak langsung(asyncronous Learning). Hal ini tergantung dengan kondisi teknologi dan jaringan yang tersedia. Standarisasi dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat penting untuk menjamin mutu proses dan hasil pendidikan.

Beberapa solusi dan saran yang dapat dikemukakan untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK sebagai berikut.

  1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pendidikan baik di sekolah atau perguruan tinggi menjadi hal mutlak mengingat kondisi permasalahan pendidikan yang makin kompleks. Pendidikan berbasis TIK hanya akan berhasil apabila dikelola dan ditangani dengan terencana, sistematis dan terintegrasi.
  2. Perencanaan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang integratif meliputi kebijakan, standarisasi mutu, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan kultur SDM pendidikan menjadi penting untuk ditata dan dikelola dengan efektif dan efisien.
  3. Penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK melalui  pendidikan terbuka dan jarak jauh (e-Learning), membutuhkan dukungan dari semua pihak khususnya pemerintah, swasta serta masyarakat untuk mengalokasikan anggaran dan investasi pendidikan yang memadai.
  4. Standarisasi mutu penyelenggaraan pendidikan berbasis TIK perlu ditindaklanjuti dengan standarisasi konten untuk menjamin kualitas, aksesibilitas dan akuntabilitas program pendidikan berbasis TIK.

Definisi Ilmu Sosial Dasar

ILMU SOSIAL DASAR

            Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang mempelajari masalah-masalah sosial, khususnya masalah-masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang ilmu pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti geografi sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi, sejarah dll.

Ilmu sosial dasar bertujuan untuk membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian agar wawasannya lebih luas. khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi sesama manusia, serta sikap dan tingkah laku seseorang  terhadap orang yang bersangkutan secara timbal balik.

Adapun tujuannya yaitu :

A.Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah masalah sosial yang ada  dalam masyarakat.

B.Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha-usaha menanggulanginya.

C. Menyadari bahwa setiap masalah sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya dapat mendekatinya mempelajarinya.

D. Memahami jalan pikiran para ahli dalam bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka dalam rangka penanggulangan masalah sosial yang timbul dalam masyarakat.

Fungsi dari ilmu sosial dasar yaitu, memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar daya tanggap,persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungannya menjadi lebih besar.

Adapun ruang lingkup materi Ilmu Sosial Dasar adalah:

A. Kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu. Kenyataan-kenyataan sosial tersebut sering ditanggapi secara berbeda oleh para ahli ilmu sosial. Karena adanya perbedaan latar belakang disiplin ilmu atau sudut pandangnya.

B. Konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial. Sebagai contoh dari konsep dasar semacam ini misalnya konsep keanekaragaman, dan konsep kesatuan sosial. Bertolak dari media konsep tersebut diatas, maka dapat kita pahami dan sadari di dalam masyarakat selalu terdapat:

1). Persamaan dan perbedaan pola pemikiran dan pola tingkah laku baik secara individual maupun kelompok.

2). Persamaan dan perbedaan kepentingan.
Persamaan dan perbedaan itulah yang seringkali menyebabkan timbulnya konflik, kerjasama, kesetiakawanan antar individu dan golongan.

Ilmu Sosial Dasar terdiri dari 8 Pokok Bahasan, dari kedelapan pokok bahasan tersebut maka ruang lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari dan memahami adanya :

1. Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan   kebudayaan.

2. Masalah individu, keluarga dan masyarakat.

3. Masalah pemuda dan sosialisasi.

4. Masalah hubungan warga Negara dan Negara

5. Masalah pelampiasan sosial dan kesamaan derajat

6. Masalah masyarakat perkotaan dan pedesaan

7. Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan Integrasi

8. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

Referensi :
http://www.scribd.com/doc/24331796/Konsep-Ilmu-Sosial-Dan-Budaya-Dasar

http://sulfikar.com/ilmu-sosial-dasar-defenisi-kuliah-i.html

referensi : Harwatiyoko & Neltje F. Kaltuuk. MKDU ILMU SOSIAL DASAR, Jakarta 1996